Warung Bebas

Saturday 30 July 2011

Award Kedua Cardiacku

Alhamdulillah sore ini ketika membuka blog Sehat Kita Semua dan membaca komentar-komentar sahabat semua di postingan ada yang menarik perhatian di postingan Cardiacku Award Pertama Cardiacku ternyata blog baru ini juga mendapat Award lagi.Alhamdulillah.

Sepertinya belum lama kemarin hari Kamis 28 Juli 2011 blog Sehat Kita Semua ini mendapatkan award pertama dari sahabat Hori Revens dan hari ini mendapatkan award yang kedua dari Sahabat Belajar Komputer yang berupa Award yang bertajuk THE BEST COMMENT AWARD.

Award ini diberikan sahabat Belajar Komputer kepada sobat-sobat blogger yang memiliki komentar terbanyak di Belajar Komputer hasil review Top Komentator.Sebenarnya saya kaget juga ketika sahabat Belajar Komputer memberikan award ini dan ketika dilihat ternyata blog ini menempati urutan terakhir dari yang berhak mendapatkan award ini dengan jumlah komentar 3.

Sebenarnya bukan masalah pada jumlah komentar saya yang hanya berjumlah 3 di Website sobat Belajar Komputer tetapi justru penghargaan sobat Belajar Komputer kepada blog ini.Hanya dengan memberikan komentar 3 saja bagi saya yang baru belajar di dunia Perbloggingan ini sungguh merupakan perhargaan yang sangat bermakna bagi blog Sehat Kita Semua ini.Ternyata memang saya baru menyadari bahwa walaupun kita para blogger bersilaturahmi dalam Dunia Maya, akan tetapi terasa seperti di dunia nyata saja.Dan semoga juga nanti entah kapan waktunya kita bisa bersilaturahmi bertatap muka, saling berjabat tangan...


THE BEST COMMENT AWARD ini memotivasi saya untuk lebih banyak belajar kepada sobat-sobat blogger semua dengan banyaknya Blog dan segala isi serta ilmu yang ada di dalamnya.Karena memang tiap blog mempunyai keunikan dan tema sendiri-sendiri dan biasanya sesuai dengan keahlian masing-masing pemilik blog itu sendiri.Jadi kita bisa belajar banyak dalam banyak hal dan bertukar pikiran.

Dan yang terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada sahabat Belajar Komputer atas kepercayaannya kepada Sehat Kita Semua dan juga kepada sobat-sobat blogger semua, karena tanpa adanya sobat-sobat blogger semua yang saling mensupport satu sama lain, blog ini tiada berarti apa-apa.
Sebelum dan sesudahnya kami mengucapkan terima kasih.

Thursday 28 July 2011

Award Pertama Cardiacku Blogspot Com

Assalamu'alaikum...

Sebenarnya sore ini awalnya berniat melakukan rutinitas untuk melakukan blogwalking dan sejenak tertahan setelah membaca komentar sobat-sobat dan tertarik atas komentar sahabat pada postingan AsKep Pasien Dengan Infark Miokard Akut ternyata mas
Hori Revens memberikan komentar dan mempersilakan sobat blogger semua yang berkenan untuk mengambil Blogger Ramadhan Award 2011.

award

Alhamdulillah, belum genap satu bulan blog sehat kita semua mendapat award pertama dari sahabat Hori Revens.
Terima kasih banyak saya ucapkan atas kesediaannya memberikan award ini kepada blog sehat kita semua ini.Dan yang seperti disampaikan oleh yang memberikan award ini bahwa tujuan utamanya adalah dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan ini serta mempererat tali silaturahmi diantara kita sesama blogger walaupun dalam bentuk silaturahmi Dunia Maya.

Terima kasih atas kesediaan dan kepercayaan sobat Hori Revens memberikan
Award Blogger Ramadhan Award 2011 kepada blog Sehat Kita Semua.Award perdana bagi saya yang masih banyak belajar.

Terima kasih telah membaca artikel ini Award Pertama Cardiacku Blogspot Com

Saturday 23 July 2011

AsKep Pasien Dengan INFARK MIOKARD AKUT

Assalamu'alaikum...

Sahabat-sahabat semua...sore ini kita akan posting tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan INFARK MIOKARD AKUT.

Pasien dengan diagnosis INFARK MIOKARD AKUT bila tidak tertangani dengan segera dan baik akan menimbulkan kematian.Hal yang pastinya kita takuti semua kan...(bagi yang takut mati,memang siapa yang tidak takut mati yah sob...)
Padahal kita semuanya kan yang masih punya nafas,jantung berdetak,suatu saat nanti pasti akan mengalami kematian juga dan hanya Allah Ta'ala yang tahu "jadwal" kita nantinya.Yang mesti kita siapkan justru apa yang kita bawa untuk bekal kita nanti.
Alangkah indahnya nikmat Sehat itu sahabat.

Walah-walah..malah kemana-mana.Kita sudahi intermezzo,langsung saja ke TKP ya Sob...


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOKARD AKUT

A. Pengertian
Infark Miokard Infark (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.Penyebabnya adalah penyempitan atau sumbatan pembuluh darah koroner.
Untuk lebih mengetahui lebih lanjut tentang sumbatan pembuluh darah koroner silakan baca di AsKep Penyakit Jantung Koroner


B. Etiologi
Umumnya IMA didasari oleh adanya aterosklerotik pembuluh darah koroner.Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil,juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan ( 50-60% )

Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium,menjadi komplit dan irreversibel dalam 3 – 4 jam.Secara morfologis,IMA dapat terjadi secara transmural atau subendocardial.IMA transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner.Sebaliknya pada IMA subendocardial nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel


C. Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia.Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik ( diskinesia ) dengan akibat penurunan ejection fraction,isi sekuncup ( stroke volume ) dan peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri.Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri tinggi dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik.Peningkatan tekanan atrium di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru ( gagal jantung ).

Pemburukan hemodinamiknini bukan saja disebabkan karena daerah infar,tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya.Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi,khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergik,untuk mempertahan kan curah jantung,tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan fibrotik.Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal,pemburukan hemodinamik akan minimal.

Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama,tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi.Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark.Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.

Bila IMA makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati.Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinyaiskemik mengalami perbaikan.Daerah-daerah diskinetik Akibat IMA akan menjadi akinetik,karena terbentuk jaringan parut yang kaku.Miokard yang sehat dapat pula mengalami hipertrofi.Sebaliknya, perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemik berkepanjangan atau infark meluas.Terjadinya penyulit mekanis seperti rupture septun ventrikel,regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.

Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan.Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter,daya hantar rangsangan dan kepekaan terhadap rangsangan.Sistem saraf otonom juga berpean besar terhadap terjadinya aritmia.Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat,sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.





D. Tanda dan Gejala

Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal,seperti diremas-remas,ditekan,ditu suk,panas atau ditindih barang berat .Nyeri dada dapat menjalar ke lengan ( umumnya kiri) bahu,leher,rahang,bahkan ke punggung dan epigastrium.Nyeri dada berlangsung lebih lama dari angina pektoris dan tak responsif dengan nitrogliserin.Kadang-kadang terutama pada pasien dengan diabetes dan orang tua,tidak ditemukan nyeri sama sekali.Nyeri dapat disertai perasaan mual ,muntah , sesak ,pusing ,keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope.

Pasien sering tampak ketakutan.Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium.

Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal.Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah,paradoksal dan irama gallop.Adanya krepitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-paru.Takikardia,kulit yang pucat,dingin dan hipotensi ditemkan pada kasus yang relatif lebih berat,kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA inferior.


E. Pemeriksaan Penunjang

1. EKG :
adanya gelombang patologik disertai dengan peninggian segmen ST yang konveks dan diikuti gelombang T yang negatif dan simetrik.Yang terpenting ialah kelainan Q yaitu menjadi lebar (lebih dari 0,04 sec) dan dalam ( Q/R lebih dari ¼ )

2. Laboratorium :
Creatinin fosfakinase (CPK).Iso enzim CKMB meningkat.Hal ini terjadi karena kerusakan otot,maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah.Normal 0-1 mU/ml.Kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama ( kurang lebih 6 jam sesudah serangan ) dan sudah kembali ke nilai normal pada hari ke 3.SGOT (Serum Glutamic Oxalotransamine Test ) normal kurang dari 12 mU/ml.Kadar enzim ini biasanya baru naik pada 12 – 48 jam sesudah serangan dan akan kembali normal pada hari ke 7 dan 12.Pemeriksaan lainnya adalah ditemukannya peninggian LED,lekositosis ringan,kadang-kadang hiperglikemia ringan.

3. Kateterisasi

Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi

4. Radiologi
Hasil radiologi tidak menunjukkan secara spesifik adanya infark miokardium, hanya menunjukkan pembesaran dari jantung

5. Ekhokardiografi

Menilai fungsi dari ventrikel kiri,gerakan jantung abnormal


F. Diagnosis Banding

1. Angina Pektoris tidak stabil / insufisiensi koroner akut
2. Diseksi aorta ( nyeri dada umumnya sangat hebat,dapat menjalar ke perut dan punggung )
3. Kelainan saluran cerna bagian atas ( hernia diafragmatika,esofagitis refluks )
4. Kelainan lokal dinding dada ( nyeri bersifat lokal,bertambah dengan tekanan atau perubahan posisi tubuh )
5. Kompresi saraf ( terutama C8,nyeri pada distribusi saraf tersebut )
6. Kelainan intra abdominal ( kelainan akut,pankreatitis dapat menyerupai IMA


G. Komplikasi
- Aritmia
- Bradikardia sinus
- Irama nodal
- Gangguan hantaran atrioventrikuler
- Gangguan hantaran intraventrikuler
- Asistolik
- Takikardia sinus
- Kontraksi atrium prematur
- Takikardia supraventrikuler
- Flutter atrium
- Fibrilasi arium
- Takikardia atrium multifokal
- Kontraksi prematur ventrikel
- Takikardia ventrikel
- Takikardia idioventrikuler
- Flutter dan fibrilasi ventrikel
- Renjatan kardiogenik
- Tromboembolisme
- Perikarditis
- Aneurisme ventrikel
- Regurgitasi mitral akut
- Ruptur jantung dan septum


H. Terapi Medis
1. Trombolitik
2. Pemasangan stent
3. Ancillary drug terapi seperti aspirin,heparinisasi,nitrate
4. CABG



I. Pengkajian ( Pengkajian Fokus )
1. Pengkajian

2. Kualitas chest pain
Berdentum-dentum,tertikam,rasa menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang berat

3. Lokasi dan radiasi
Retrosternal dan prekordil kiri,radiasi menurun ke lengan kiri bawah dan pipi,dagu,gigi,daerah epigastrik dan punggung

4. Faktor pencetus
Mungkin terjadi pada saat istirahat atau selama kegiatan

5. Lamanya dan faktor-faktor yang meringankan
Berlangsung lama,berakhir lebih dari 30 menit,tidak menurun dengan istirahat, perubahan posisi ataupun minum nitrogliserin

6. Tanda dan gejala
Cemas,gelisah,lemah sehubungan dengan keringatan,dispnoe,pening,tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual,muntah,pingsan,kulit dingin dan lembab, cegukan dan stress gastrointestinal,suhu menurun

7. Pemeriksaan fisik :
Mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-tandanya gagalnya ventrikel atau kardiogenik shok terjadi.TD normal,meningkat atau menurun,takipnea,mula-mula pain reda kemudian kembali normal,suara jantung S3,S4 galop menunjukkan disfungsi ventrikel,sistolik murmur,M.Papilarri disfungsi,LV disfungsi terhadap suara jantung menurun dan perikordial friksin rub,pulmonary crackles,urin out put menurun, vena jugular amplitudonya meningkat ( LV disfungsi ),RV disfungsi,amplitudo vena jugular menurun,edema perifer,hati lembek

8. Parameter hemodinamik
Penurunan PAP,PCPN,SVR,CO/CI

9. RV Infraction
Peningkatan RAP,SVR,penurunan PAP,PCWP,CO/CI



J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh
3. Kecemasan ( uraikan tingkatannya ) berhubungan dengan ancaman/perubahan kesehatan status sosio-ekonomi;ancaman kematian
4. ( Resiko tinggi ) penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi,irama dan konduksi listrik jantung;penurunan preload/peningkatan tahanan vaskular sistemik;infark/diskinetik miokard,kerusakan struktural seperti aneurisme ventrikel dan kerusakan septum
5. ( Resiko tinggi ) perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan/sum batan aliran darah koroner
6. ( Resiko tinggi ) kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal;peningkatan natrium/retensi air;peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma
7. Kurang pengetahuan ( tentang kondisi dan kebutuhan terapi ) berhubungan dengan kurang terpajan atau salah persepsi terhadap informasi tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang


K. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Kep Tujuan Rencana Tindakan Keperawatan

1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner Nyeri berkurang - Pantau nyeri ( lokasi, karakteristik,durasi, intensitas ),catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemodinamik
- Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada pasien
- Bantu melakukan tehnik relaksasi ( nafas dalam / perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi )
- Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi :
- Antiangina spt : Nitro-Bid, Nitrostat,Nitro-Dur )
- Beta Bloker spt : atenolol ( tenormin ) pindolol ( vis ken ) propanolol ( inderal )
- Analgetik spt : morfin, meperidin ( demerol )
- Penyekat saluran kalsium spt : verapamil ( calan ), diltiazem ( prokardia )


2. Intoleransi aktifitas b/d ketidak seimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh - Pantau HR,dan perubahan TD sebelum,selama, dan sesudah aktifitas sesuai dengan indikasi
- Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas
- Anjurkan pasien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal
- Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis pasien
- Bantu aktifitas sesuai dengan keadaan pasien dan jelaskan pola pening katan aktifitas bertahap
- Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitasi pasca serangan IMA

3. Kecemasan ( uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan - status sosio – ekonomi; ancaman kematian - Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan pasien
- Dorong pasien untuk mengespresikan perasaan marah,cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya
- Orientasikan pasien dan orang terdekat dengan prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan
- Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas / sedativa sesuai indikasi (diazepam,valium,flurazepam,dal-mane,lorazepam,ativan )
-

4. (Resiko tinggi) penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi,irama, dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/ peningkatan tahanan vaskular sistemik;infark/ diskinetik miokard, kerusakan struktural spt aneurisme ventrikel dan kerusakan septum - Pantau TD,HR,nadi,periksa dalam keadaan baring,duduk, dan berdiri ( bila mungkin )
- Auskultasi adanya S3,S4 dan adanya murmur
- Auskultasi bunyi nafas
- Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien
- Pertahankan paensi IV – lines/ heparin lok sesuai dengan indikasi
- Bantu pemasangan/ pertahankan patensi pacu jantung bila digunakan

5. (Resiko Tinggi ) perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan/ sumbatan aliran darah koroner - Pantau perubahan kesadaran / keadaan mental yang tiba-tiba seperti bingung,letargi,gelisah syok
- Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan catat kekuatan nadi perifer
- Pantau fungsi pernafasan ( frekuensi,kedalaman,kerja otot aksesori,bunyi nafas )
- Pantau fungsi gastrointestinal ( anoreksia,penurunan bising usus,mual,muntah,distensi abdomen dan konstipasi )
- Pantau asupan cairan dan haluran urine,catat berat jenis
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium ( gas darah,BUN kreatinin,elektrolit )
- Kolaborasi pemberian agen terapeutik yang diperlukan seperti : Heparin / natrium warfarin ( couma-din ) , simetidin (tagament),ranitidin (zantac),antasida,trombolitik (t-PA,streptokinase)

6. ( Resiko tinggi ) kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal;peningkatan natrium/retensi air ;peningkatan tekanan hidrostatik / penurunan protein plasma - Auskultasi bunyi nafas terhadap adanya krekels
- Pantau adanya distensi vena jugularis,edema anasarka
- Hitung keseimbangan cairan dan timbang berat badan tiap hari bila tidak ada kontra indikasi
- Pertahankan asupan cairan total 2000 ml/24 jam dalam batas toleransi jantung
- Kolaborasi pemberian diuretik sesuai indikasi ( furosemide / lasix,hidralazin/apresoline, spironolakton/hidrolakton/ aldactone )
- Pantau kadar kalium sesuai indikasi

7. Kurang pengetahuan ( tentang kondisi dan kebutuhan terapi ) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang - Kaji tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar pasien
- Berikan informasi dalam berbagai variasi proses pembelajaran. ( tanya jawab,leaflet,instruksi ringan, aktifitas kelompok )
- Berikan penekanan penjelasan tentang faktor resiko,pembata san diet/aktifitas,obat dan gejala yang memerlukan perhatian cepat/darurat
- Peringatkan untuk menghin dari aktifitas isometrik,manu ver valsava dan aktifitas yang memerlukan tangan diposisi kan di atas kepala
- Jelaskan program peningkatan aktifitas bertahap ( contoh : duduk,berdiri,jalan,kerja ringan,kerja sedang)



L. Discharge Planning ( Rencana Pemulangan )



Daftar Pustaka

Carpenito ( 2000),Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktek Klinis,Ed.6,EGC, Jakarta
Doenges at al ( 2000 ),Rencana Asuhan Keperawatan,Ed.3,EGC,Jakarta
Price & Wilson (1995),Patofisiologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,Ed,4,EGC Jakarta
Soeparman & Waspadi(1990),Ilmu Penyakir Dalam,BP FKUI,Jakarta

Terima kasih telah membaca artikel : AsKep Infark Miokard Akut

Monday 11 July 2011

Sehat Adalah Lebih Baik Daripada Kaya

Sebagian orang mungkin merasakan penuh kesusahan tatkala ia kekurangan harta atau punya banyak hutang sehingga membawa pikiran dan tidur tak nyenyak. Padahal ia masih diberi kesehatan, masih kuat beraktivitas. Juga ia masih semangat untuk beribadah dan melakukan ketaatan lainnya. Perlu diketahui bahwa nikmat sehat itu sebenarnya lebih baik dari nikmat kaya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ

“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah no. 2141 dan Ahmad 4/69, shahih kata Syaikh Al Albani)


ORANG KAYA LAGI BERTAKWA

As Suyuthi rahimahullah menjelaskan bahwa orang kaya namun tidak bertakwa maka akan binasa karena ia akan mengumpulkan harta yang bukan haknya dan akan menghalangi yang bukan haknya serta meletakkan harta tersebut bukan pada tempatnya. Jika orang kaya itu bertakwa maka tidak ada kekhawatiran seperti tadi, bahkan yang datang adalah kebaikan.

Benarlah kata Imam As Suyuthi. Orang yang kaya namun tidak bertakwa akan memanfaatkan harta semaunya saja, tidak bisa memilih manakah jalan kebaikan untuk penyaluran harta tersebut. Akhirnya harta tersebut dihamburkan foya-foya.

Hadits di atas juga menunjukkan bahwa tidak mengapa seorang muslim itu kaya asalkan bertakwa, tahu manakah yang halal dan haram, ia mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram. Terdapat hadits dari Jabir bin ‘Abdillah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

"Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram."
(HR. Ibnu Majah no. 2144, dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani).

SEHAT BAGI ORANG YANG BERTAKWA

Sehat bagi orang bertakwa lebih baik daripada kaya harta. Karena kata para ulama bahwa sehatnya jasad bisa menolong dalam beribadah. Jadi sehat sungguh nikmat yang luar biasa. Sedangkan orang yang sudah kepayahan dan tua renta akan menghalanginya dari ibadah, walaupun ia memiliki harta yang melimpah. Jadi sehat itu lebih baik dari kaya karena orang yang kaya sedangkan ia dalam keadaan lemah (sudah termakan usia) tidak jauh beda dengan mayit.

Sungguh mahal untuk membayar ginjal agar bisa berfungsi baik. Banyak harta yang mesti dikeluarkan agar paru-paru dapat bekerja seperti sedia kala. Agar lambung bekerja normal, itu pun butuh biaya yang tidak sedikit. Namun terkadang agar organ-organ tubuh tadi bisa bekerja dengan baik seperti sedia kala tidak bisa diganti dengan uang. Di kala organ tubuh yang ada itu sehat, mari kita manfaatkan dalam ketaatan. Jangan sampai ketika datang sakit atau organ tersebut tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya, baru kita menyesal.

Rajin bersyukurlah pada Allah tatkala diberi kesehatan walaupun mungkin harta pas-pasan. Rajin-rajinlah bersyukur dengan gemar lakukan ketaatan dan ibadah yang wajib, maka niscaya Allah akan beri kenikmatan yang lainnya. Syukurilah nikmat sehat sebelum datang sakit. Ingatlah sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفِرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok, 4/341, dari Ibnu ‘Abbas. Hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

CERIANYA HATI

Hati yang bahagia juga termasuk nikmat. Meskipun hidup di bawah jembatan, penuh kesusahan, hidup pas-pasan, namun hati bahagia karena dekat dengan Allah, maka itu adalah nikmat. Nikmat seperti ini tetap harus disyukuri meski kesulitan terus mendera. Ingatlah letak bahagia bukanlah pada harta, namun hati yang selalu merasa cukup, yaitu hati yang memiliki sifat qona’ah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hatiu yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)

DOA AGAR TETAP DIBERI KESEHATAN

Dari 'Abdullah bin 'Umar, dia berkata, "Di antara doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

“ALLOOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN ZAWAALI NI'MATIK, WA TAHAWWULI 'AAFIYATIK, WA FUJAA'ATI NIQMATIK, WA JAMII'I SAKHOTHIK” [Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu].
(HR. Muslim no. 2739).

Wallahu waliyyut taufiq. Semoga Allah senantiasa memberi kita kemudahan untuk taat padanya dan menjauhi maksiat, serta moga kita terus diberi nikmat sehat.

Referensi: Hasiyah sanadi ‘ala Ibni Majah, Asy Syamilah.


Saat istirahat di Kotagede-Jogja, 2 Sya’ban 1432 H (4/07/2011)

Sumber Sehat : Rumaysho.Com

Friday 8 July 2011

Resusitasi Jantung Paru

Assalamu'alaikum

Sahabat-sahabat semua...sore ini kita akan posting tentang RJP
Kita sebagai seorang perawat tentunya sering mengenal istilah ini. apalagi teman-teman yang berdinas di unit Gawat Darurat,ICU / ICCU, bangsal Jantung seperti di tempat kerja saya yaitu di Cardiac Center ( Promosi ni yee...).
bangsal-bangsal atau pun unit perawatan yang lain juga tidak akan terlepas dari istilah RJP ini.
Istilah yang digunakan bila seorang pasien mengalami kegawatan dan henti nafas.Itu sepintas lalu saja.Untuk selengkapnya silakan disimak

Langsung saja ya ke tempat TKP...

RESUSITASI JANTUNG PARU

A. DEFINISI
Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan gabungan penyelamatan pernapasan (bantuan napas) dengan kompresi dada eksternal. RJP digunakan ketika seorang korban mengalai henti jantung dan henti napas.


B. KLASIFIKASI
Resusitasi jantung paru terdiri atas 2 komponen utama yakni :

1. Bantuan hidup dasar / BHD
Adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas (airway) tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa menggunakan alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan henti jantung atau henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi.

Usaha BHD ini bertujuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Pengalaman menunjukkan bahwa resusitasi jantung paru akan berhasil terutama pada keadaan “henti jantung” yang disaksikan (witnessed) dimana resusitasi segera dilakukan oleh orang yang berada di sekitar korban.

2. Bantuan hidup lanjut / BHL
Adalah usaha yang dilakukan setelah dilakukan usaha hidup dasar dengan memberikan obat-obatan yang dapat memperpanjang hidup pasien.


C. PENYEBAB
Beberapa penyebab henti jantung dan nafas adalah,
1. Infark miokard akut, dengan komplikasi fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, aritmia lain, renjatan dan edema paru.
2. Emboli paru, karena adanya penyumbatan aliran darah paru.
3. Aneurisma disekans, karena kehilangan darah intravaskular.
4. Hipoksia, asidosis, karena adanya gagal jantung atau kegagalan paru berat, tenggelam, aspirasi, penyumbatan trakea, pneumothoraks, kelebihan dosis obat, kelainan susunan saraf pusat.
5. Gagal ginjal, karena hyperkalemia


Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti nafas. Umumnya, walaupun kegagalan pernafasan telah terjadi, denyut jantung masih dapat berlangsung terus sampai kira-kira 30 menit. Pada henti jantung, dilatasi pupil kadang-kadang tidak jelas. Dilatasi pupil mulai terjadi 45 detik setelah aliran darah ke otak terhenti dan dilatasi maksimal terjadi dalam waktu 1 menit 45 detik. Bila telah terjadi dilatasi pupil maksimal, hal ini menandakan sudah terjadi 50 % kerusakan otak irreversibel.

Resusitasi Jantung Paru bertujuan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi, dan penanganan akibat henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest), yang mana fungsi tersebut gagal total oleh sebab yang memungkinkan untuk hidup normal. Adapun SEBAB HENTI NAFAS adalah :
1. Sumbatan jalan nafas Bisa disebabkan karena adanya benda asing, aspirasi, lidah yang jatuh ke belakang,pipa trakhea terlipat, kanula trakhea tersumbat, kelainan akut glotis dan sekitarnya (sembab glotis, perdarahan).
2. Depresi pernafasan Sentral : obat, intoksikasi, Pa O2 rendah, Pa CO2 tinggi, setelah henti jantung, tumor otak dan tenggelam.Perifer : obat pelumpuh otot, penyakit miastenia gravis, poliomyelitis.


D. TANDA DAN GEJALA :
1. Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung)
2. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau brakialis pada bayi)
3. Henti nafas atau mengap-megap (gasping)
4. Terlihat seperti mati (death like appearance)
5. Warna kulit pucat sampai kelabu
6. Pupil dilatasi (setelah 45 detik) .

Diagnosis henti jantung sudah dapat ditegakkan bila dijumpai ketidak sadaran dan tak teraba denyut arteri besar
1. Tekanan darah sistolik 50 mmHg mungkin tidak menghasilkan denyut nadi yang dapat diraba.
2. Aktivitas elektrokardiogram (EKG) mungkin terus berlanjut meskipun tidak ada kontraksi mekanis, terutama pada asfiksia.
3. Gerakan kabel EKG dapat menyerupai irama yang tidak mantap.
4. Bila ragu-ragu, mulai saja RIP.


E. RJP YANG TIDAK EFEKTIF DAN KOMPLIKASINYA
RJP yang efektif tidak berarti bahwa pasien harus hidup. Banyak korban yang mendapatkan usaha resusitasi yang baik tidak dapat pulih ( tidak hidup). Kesempatan pasien untuk hidup menjadi lebih besar jika RJP dilakukan secara efisien.
Jika usaha RJP tidak efektif, biasanya disebabkan masalah-masalah seperti di bawah ini:
1. Posisi kepala korban tidak sesuai dengan posisi head-tilt pada waktu diberikan napas buatan;
2. Mulut korban kurang terbuka lebar untuk pergantian udara;
3. Mulut penolong tidak melingkupi mulut korban secara erat;
4. Hidung korban tidak ditutup selama pemberian napas buatan;
5. Korban tidak berbaring diatas alas yang keras;
6. Irama kompresi yang tidak teratur.

Cedera pada tulang iga merupakan komplikasi yang sering terjadi pada RJP. Apabila tangan ditempatkan terlalu keatas dari titik kompresi, maka patah tulang pada bagian atas sternum dan clavicula mungkin terjadi. Apabila tangan terlalu rendah maka proc. xiphoid mungkin dapat mengalami fraktur atau tertekan kebawah menuju hepar yang dapat mengakibatkan laserasi (luka) disertai perdarahan dalam. Apabila tangan ditempatkan terlalu jauh dari titik kompresi atau meleset satu dari lainnya maka costa atau kartilagonya dapat mengalami patah.

Meskipun RJP dilakukan secara benar, masih terdapat kemungkinan terjadinya patah tulang iga atau terpisahnya kartilago dari perlekatannya. Jika terdapat kasus sepert ini, jangan hentikan RJP. Karena korban lebih baik mengalami patah beberapa tulang iga dan hidup daripada korban meninggal karena anda tidak melanjutkan RJP karena takut akan adanya cedera tambahan. Masalah distensi gaster juga sering terjadi.


F. PENATALAKSANAAN RJP
Resusitasi jantung paru hanya dilakukan pada penderita yang mengalami henti jantung atau henti nafas dengan hilangnya kesadaran.oleh karena itu harus selalu dimulai dengan menilai respon penderita, memastikan penderita tidak bernafas dan tidak ada pulsasi. Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru harus diketahui antara lain, kapan resusitasi dilakukan dan kapan resusitasi tidak dilakukan.

1. Resusitasi DILAKUKAN pada :
a. Infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik”
b. Serangan Adams-Stokes
c. Hipoksia akut
d. Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan
e. Sengatan listrik
f. Refleks vagal
g. Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain yang masih memberi peluang untuk hidup.

2. Resusitasi TIDAK DILAKUKAN pada :
a. Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat.
b. Stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan lagi.
c. Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah ½ – 1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP.

Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru penilaian tahapan BHD sangat penting. Tindakan resusitasi (yaitu posisi, pembukaan jalan nafas, nafas buatan dan kompresi dada luar) dilakukan kalau memang betul dibutuhkan. Ini ditentukan penilaian yang tepat, setiap langkah ABC RJP dimulai dengan : penentuan tidak ada respons, tidak ada nafas dan tidak ada nadi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam resusitasi jantung paru adalah sebagai berikut :
1. Airway (jalan nafas)
Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas. Caranya ialah segera menekuk kepala korban ke belakang sejauh mungkin, posisi terlentang kadang-kadang sudah cukup menolong karena sumbatan anatomis akibat lidah jatuh ke belakang dapat dihilangkan. Kepala harus dipertahankan dalam posisi ini.

Bila tindakan ini tidak menolong, maka rahang bawah ditarik ke depan. Caranya ialah:
a. Tarik mendibula ke depan dengan ibu jari sambil,
b. Mendorong kepala ke belakang dan kemudian,
c. Buka rahang bawah untuk memudahkan bernafas melalui mulut atau hidung.
d. Penarikan rahang bawah paling baik dilakukan bila penolong berada pada bagian puncak kepala korban. Bila korban tidak mau bernafas spontan, penolong harus pindah ke samping korban untuk segera melakukan pernafasan buatan mulut ke mulut atau mulut ke hidung.

2. Breathing (Pernafasan)
Dalam melakukan pernafasan mulut ke mulut penolong menggunakan satu tangan di belakang leher korban sebagai ganjalan agar kepala tetap tertarik ke belakang, tangan yang lain menutup hidung korban (dengan ibu jari dan telunjuk) sambil turut menekan dahi korban ke belakang. Penolong menghirup nafas dalam kemudian meniupkan udara ke dalam mulut korban dengan kuat. Ekspirasi korban adalah secara pasif, sambil diperhatikan gerakan dada waktu mengecil.

Siklus ini diulang satu kali tiap lima detik selama pernafasan masih belum adekuat.
Pernafasan yang adekuat dinilai tiap kali tiupan oleh penolong, yaitu perhatikan :
a. gerakan dada waktu membesar dan mengecil
b. merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu mengembang
c. dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi.
d. Tiupan pertama ialah 4 kali tiupan cepat, penuh, tanpa menunggu paru korban mengecil sampai batas habis.

3. Circulation (Sirkulasi buatan)
Sering disebut juga dengan Kompresi Jantung Luar (KJL). Henti jantung (cardiac arrest) ialah hentinya jantung dan peredaran darah secara tiba-tiba, pada seseorang yang tadinya tidak apa-apa; merupakan keadaan darurat yang paling gawat.

Sebab-sebab henti jantung :
a. Afiksi dan hipoksi
b. Serangan jantung
c. Syok listrik
d. Obat-obatan
e. Reaksi sensitifitas
f. Kateterasi jantung
g. Anestesi.

Untuk mencegah mati biologi (serebral death), pertolongan harus diberikan dalam 3 atau 4 menit setelah hilangnya sirkulasi. Bila terjadi henti jantung yang tidak terduga, maka langkah-langkah ABC dari tunjangan hidup dasar harus segera dilakukan, termasuk pernafasan dan sirkulasi buatan.
Henti jantung diketahui dari :
1. Hilangnya denyut nadi pada arteri besar
2. Korban tidak sadar
3. Korban tampak seperti mati
4. Hilangnya gerakan bernafas atau megap-megap.
Pada henti jantung yang tidak diketahui, penolong pertama-tama membuka jalan nafas dengan menarik kepala ke belakang. Bila korban tidak bernafas, segera tiup paru korban 3-5 kali lalu raba denyut arteri carotis.

Perabaan arteri carotis lebih dianjurkan karena :
1. Penolong sudah berada di daerah kepala korban untuk melakukan pernafasan buatan
2. Daerah leher biasanya terbuka, tidak perlu melepas pakaian korban
3. Arteri karotis adalah sentral dan kadang-kadang masih berdenyut sekalipun daerah perifer lainnya tidak teraba lagi.

Bila teraba kembali denyut nadi, teruskan ventilasi. Bila denyut nadi hilang atau diragukan, maka ini adalah indikasi untuk memulai sirkulasi buatan dengan kompresi jantung luar. Kompresi jantung luar harus disertai dengan pernafasan buatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan ABC pada RJP tersebut adalah,
1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun
2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali bila ia sudah stabil
3. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat berakibat robeknya hati
4. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada sternum, jari-jari jangan menekan iga korban
5. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak terputus
6. Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP.

ABC pada RJP dilakukan pada korban yang mengalami henti jantung dapat memberi kemungkinan beberapa hasil:
1. Korban menjadi sadar kembali
2. Korban dinyatakan mati, ini dapat disebabkan karena pertolongan RJP yang terlambat diberikan atau pertolongan tak terlambat tetapi tidak betul pelaksanaannya.
3. Korban belum dinyatakan mati dan belum timbul denyut jantung spontan. Dalam hal ini perlu diberi pertolongan lebih lanjut yaitu bantuan hidup lanjut (BHL).
Pengajaran resusitasi jantung paru (RJP) dibagi dalam 3 fase, yaitu :
1. Bantuan Hidup Dasar (BDH).
2. Bantuan Hidup Lanjut (BHL).
3. Bantuan Hidup Jangka Lama.
Dan dalam 9 langkah dengan menggunakan huruf abjad dari A sampai I.
Fase I : untuk oksigenasi darurat, terdiri dari :
(A) Airway Control : penguasaan jalan nafas.
(B) Breathing Support : ventilasi bantuan dan oksigen paru darurat.
(C) Circulation Support : pengenalan tidak adanya denyut nadi dan pengadaan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung, penghentian perdarahan dan posisi untuk syok.
Fase II : untuk memulai sirkulasi spontan terdiri dari :
(D) Drugs and Fluid Intravenous Infusion : pemberian obat dan cairan tanpa menunggu hasil EKG.
(E) Electrocardioscopy (Cardiography).
(F) Fibrillation Treatment : biasanya dengan syok listrik (defibrilasi).
Fase III : untuk pengelolaan intensif pasca resusitasi, terdiri dari :
(G) Gauging : menetukan dan memberi terapi penyebab kematian dan menilai sejauh mana pasien dapat diselamatkan.
(H) Human Mentation : SSP diharapkan pulih dengan tindakan resusitasi otak yang baru dan
(I) Intensive Care : resusitasi jangka panjang.



FASE I (BANTUAN HIDUP DASAR)
Bila terjadi nafas primer, jantung terus dapat memompa darah selama beberapa menit dan sisa O2 yang berada dalam paru darah akan terus beredar ke otak dan organ vital lain. Penanganan dini pada korban dengan henti nafas atau sumbatan jalan nafas dapat mencegah henti jantung. Bila terjadi henti jantung primer, O2 tidak beredar dan O2 yang tersisa dalam organ vital akan habis dalam beberapa detik. Henti jantung dapat disertai dengan fenomena listrik berikut : fibrilasi fentrikular, takhikardia fentrikular, asistol ventrikular atau disosiasi elektromekanis.
Penilaian tahapan BHD sangat penting.

Tindakan resusitasi meliputi posisi pembukaan jalan nafas buatan dan kompresi dada luar dilakukan kalau memang betul dibutuhkan. Ini ditentukan penilaian yang tepat. Setiap langkah ABC RJP dimulai dengan penentuan tidak ada respon, tidak ada nafas dan tidak ada nadi. Pada korban yang tiba- tiba kolaps, kesadaran harus segera ditentukan dengan tindakan goncangan atau teriak yang terdiri dari menggoncangkan korban dengan lembut dan memanggil keras.

Bila tidak dijumpai tanggapan hendaknya korban diletakkan dalam posisi terlentang dan ABC BHD hendaknya dilakukan. Sementara itu mintalah pertolongan dan bila mungkin aktifitaskan sistem pelayanan medis darurat.

1. Airway (Jalan Nafas)
Sumbatan jalan nafas oleh lidah yang menutupi dinding posterior faring adalah merupakan persoalan yang sering timbul pada pasien yang tidak sadar dengan posisi terlentang. Resusitasi tidak akan berhasil bila sumbatan tidak diatasi. Tiga cara telah dianjurkan untuk menjaga agar jalan nafas tetap terbuka yaitu dengan metode ekstensi kepala angkat leher, metode ekstensi kepala angkat dagu dan metode angkat dagu dorong mandibula, dimana metode angkat dagu dorong mandibula lebih efektif dalam membuka jalan nafas atas daripada angkat leher.

Pendorongan mandibula saja tanpa ekstensi kepala juga merupakan metode paling aman untuk memelihara jalan nafas atas tetap terbuka, pada pasien dengan dugaan patah tulang leher. Bila korban yang tidak sadar bernafas spontan dan adekuat dengan tidak ada sianosis, korban sebaiknya diletakkan dalam posisi mantap untuk mencegah aspirasi.

Bila tidak diketahui atau dicurigai ada trauma kepala dan leher, korban hanya digerakkan atau dipindahkan bila memang mutlak diperlukan karena gerak yang tidak betul dapat mengakibatkan paralisis pada korban dengan cedera leher. Disini teknik dorong mandibula tanpa ekstensi kepala merupakan cara yang paling aman untuk membuka jalan nafas, bila dengan ini belum berhasil dapat dilakukan sedikit ekstensi kepala.

2. Breathing (Pernafasan)
Setelah jalan nafas terbuka, penolong hendaknya segera menilai apakah pasien dapat bernafas spontan atau tidak. Ini dapat dilakukan dengan mendengarkan gerak nafas pada dada korban. Bila pernafasan spontan tidak timbul kembali diperlukan ventilasi buatan.

Untuk melakukan ventilasi mulut ke mulut penolong hendaknya mempertahankan kepala dan leher korban dalam salah satu sikap yang telah disebutkan diatas dan memencet hidung korban dengan satu tangan atau dua kali ventilasi dalam. Kemudian segera raba denyut nadi karotis atau femoralis. Bila ia tetap henti nafas tetapi masih mempunyai denyut nadi diberikan ventilasi yang dalam sebesar 800 ml sampai 1200 ml setiap 5 detik.

Bila denyut nadi karotis tidak teraba, dua kali ventilasi dalam harus diberikan sesudah tiap 15 kompresi dada pada resusitasi yang dilakukan oleh seorang penolong dan satu ventilasi dalam sesudah tiap 5 kompresi dada pada yang dilakukan oleh 2 penolong. Tanda ventilasi buatan yang adekuat adalah dada korban yang terlihat naik turun dengan amplitudo yang cukup ada udara keluar melalui hidung dan mulut korban selama respirasi sebagai tambahan selama pemberian ventilasi pada korban, penolong dapat merasakan tahanan dan pengembangan paru korban ketika diisi.

Pada beberapa pasien ventilasi mulut ke hidung mungkin lebih efektif daripada fentilasi mulut ke mulut. Ventilasi mulut ke stoma hendaknya dilakukan pada pasien dengan trakeostomi. Bila ventilasi mulut ke mulut atau mulut ke hidung tidak berhasil baik walaupun jalan nafas telah dicoba dibuka, faring korban harus diperiksa untuk melihat apakah ada sekresi atau benda asing.

Pada tindakan jari menyapu, korban hendaknya digulingkan pada salah satu sisinya. Sesudah dengan paksa membuka mulut korban dengan satu tangan memegang lidah dan rahangnya, penolong memasukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain kedalam satu sisi mulut korban dalam satu gerakan menyapu. Bila tindakan ini gagal untuk mengeluarkan benda asing, hendaknya dikerjakan hentakan abdomen atau hentakan dada, sehingga tekanan udara dalam abdomen meningkat dan akan mendorong benda untuk keluar.

Hentakan dada dilakukan pada korban yang terlentang, teknik ini sama dengan kompresi dada luar. Urutan yang dianjurkan adalah:
a. Berikan 6 sampai 10 kali hentakan abdomen.
b. Buka mulut dan lakukan sapuan jari.
c. Reposisi pasien, buka jalan nafas dan coba beri ventilasi buatan dapat dilakukan dengan sukses.

Bila sesudah dilakukan gerak tripel (ekstensi kepala, buka mulut dan dorong mandibula), pembersihan mulut dan faring ternyata masih ada sumbatan jalan nafas, dapat dicoba pemasangan pipa jalan nafas. Bila dengan ini belum berhasil perlu dilakukan intubasi trakheal. Bila tidak mungkin atau tidak dapat dilakukan intubasi trakheal, sebagai alternatifnya adalah krikotomi atau fungsi membrane krikotiroid dengan jarum berlumen besar (misal dengan kanula intravena 14 G). Bila masih ada sumbatan di bronkhus maka perlu tindakan pengeluaran benda asing dari bronkhus atau terapi bronkhospasme dengan aminophilin atau adrenalin.

3. Circulation (Sirkulasi)
Bantuan ketiga dalam BHD adalah menilai dan membantu sirkulasi. Tanda- tanda henti jantung adalah:
a. Kesadaran hilang dalam waktu 15 detik setelah henti jantung.
b. Tak teraba denyut nadi arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau brakhialis pada bayi).
c. Henti nafas atau megap- megap.
b. Terlihat seperti mati.
c. Warna kulit pucat sampai kelabu.
d. Pupil dilatasi (45 detik setelah henti jantung)
e. Tidak ada nadi yang teraba pada arteri besar, pemeriksaan arteri karotis sesering mungkin merupakan tanda utama henti jantung.

Diagnosis henti jantung dapat ditegakkan bila pasien tidak sadar dan tidak teraba denyut arteri besar. Pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar diperlukan pada keadaan sangat gawat.
Korban hendaknya terlentang pada permukaan yang keras agar kompresi dada luar yang dilakukan efektif. Penolong berlutut di samping korban dan meletakkan sebelah tangannya diatas tengah pertengahan bawah sternum korban sepanjang sumbu panjangnya dengan jarak 2 jari dari persambungan episternum. Tangan penolong yang lain diletakkan diatas tangan pertama, jari- jari terkunci dengan lurus dan kedua bahu tepat diatas sternum korban, penolong memberikan tekanan ventrikel ke bawah yang cukup untuk menekan sternum 4 sampai 5 cm.

Setelah kompresi harus ada relaksasi, tetapi kedua tangan tidak boleh diangkat dari dada korban, dianjurkan lama kompresi sama dengan lama relaksasi. Bila ada satu penolong, 15 kompresi dada luar (laju 80 sampai 100 kali/ menit) harus diikuti dengan pemberian 2 kali ventilasi dalam (2 sampai 3 detik). Dalam satu menit harus ada 4 siklus kompresi dan ventilasi (yaitu minimal 60 kompresi dada dan 8 ventilasi). Jadi 15 kali kompresi dan 2 ventilasi harus selesai maksimal dalam 15 detik. Bila ada 2 penolong, kompresi dada diberikan oleh satu penolong dengan laju 80 sampai 100 kali/ menit dan pemberian satu kali ventilasi dalam 1 sampai 1,5 detik oleh penolong kedua sesudah tiap kompresi kelima. Dalam satu menit minimal harus ada 60 kompresi dada dan 12 ventilasi. Jadi lima kompresi dan satu ventilasi maksimal dalam 5 detik.

Kompresi dada harus dilakukan secara halus dan berirama. Bila dilakkan dengan benar, kompresi dada luar dapat menghasilkan tekanan sistolik lebih dari 100 mmHg, dan tekanan rata- rata 40 mmHg pada arteri karotis. Kompresi dada tidak boleh terputus lebih dari 7 detik setiap kalinya, kecuali pada intubasi trakheal, transportasi naik turun tangga dapat sampai 15 detik. Sesudah 4 daur kompresi dan ventilasi dengan rasio 15 : 2, lakukan reevaluasi pada pasien. Periksa apakah denyut karotis sudah timbul (5 detik). Bila tidak ada denyut lanjutkan dengan langkah berikut : Periksa pernafasan 3 sampai 5 detik bila ada, pantau pernafasan dan nadi dengan ketat. Bila tidak ada lakukan ventilasi buatan 12 kali per menit dan pantau nadi dengan ketat. Bila RJP dilanjutkan beberapa menit dihentikan, periksa apakah sudah timbul nadi dan ventilasi spontan begitu seterusnya.


FASE II (BANTUAN HIDUP LANJUT)
Bantuan hidup lanjut berhubungan dengan teknik yang ditujukan untuk memperbaiki ventilasi dan oksigenasi korban dan pada diagnosis serta terapi gangguan irama utama selama henti jantung. Bantuan hidup dasar memerlukan peralatan khusus dan penggunaan obat. Harus segera dimulai bila diagnosis henti jantung atau henti nafas dibuat dan harus diteruskan sampai bantuan hidup lanjut diberikan. Setelah dilakukan ABC RJP dan belum timbul denyut jantung spontan, maka resusitasi diteruskan dengan langkah DEF.

1. Drug and Fluid (Obat dan Cairan)
Tanpa menunggu hasil EKG dapat diberikan :
a. Adrenalin : 0,5 – 1,0 mg dosis untuk orang dewasa, 10 mcg/ kg pada anak- anak. Cara pemberian : iv, intratrakeal lewat pipa trakeal (1 ml adrenalin diencerkan dengan 9 ml akuades steril, bukan NaCl, berarti dalam 1 ml mengandung 100 mcg adrenalin). Jika keduanya tidak mungkin : lakukan intrakardial (hanya oleh tenaga yang sudah terlatih). Di ulang tiap 5 menit dengan dosis sama sampai timbul denyut spontan atau mati jantung.
b. Natrium Bikarbonat : dosis mula 1 mEq/ kg (bila henti jantung lebih dari 2 menit) kemudian dapat diulang tiap 10 menit dengan dosis 0,5 mEq/ kg sampai timbul denyut jantung spontan atau mati jantung.
Penggunaan natrium bikarbonat tidak lagi dianjurkan kecuali pada resusitasi yang lama, yaitu pada korban yang diberi ventilasi buatan yang lama dan efisien, sebab kalau tidak asidosis intraseluler justru bertambah dan tidak berkurang. Penjelasan untuk keanehan ini bukanlah hal yang baru. CO2 yang tidak dihasilkan dari pemecahan bikarbonat segera menyeberangi membran sel jika CO2 tidak diangkut oleh respirasi.

2. EKG
Meliputi fibrilasi ventrikuler, asistol ventrikuler dan disosiasi elektro mekanis.
3. Fibrilation Treatment (Terapi Fibrilasi)

Elektroda dipasang disebelah kiri puting susu kiri disebelah kanan sternum atas, defibrilasi luar arus searah:
a. 200 – 300 joule pada dewasa.
b. 100 – 200 joule pada anak.
c. 50 – 100 joule pada bayi


FASE III (BANTUAN HIDUP JANGKA LAMA ATAU PENGELOLAAN PASCA RESUSITASI).
Jenis pengelolaan pasien yang diperlukan pasien yang telah mendapat resusitasi bergantung sepenuhnya kepada resusitasi. Pasien yang mempunyai defisit neurologis dan tekanan darah terpelihara normal tanpa aritmia hanya memerlukan pantauan intensif dan observasi terus menerus terhadap sirkulasi, pernafasan, fungsi otak, ginjal dan hati. Pasien yang mempunyai kegagalan satu atau lebih dari satu sistem memerlukan bantuan ventilasi atau sirkulasi, terapi aritmia, dialisis atau resusitasi otak.

Organ yang paling terpengaruh oleh kerusakan hipoksemik dan iskemik selama henti jantung adalah otak. Satu dari lima orang yang selamat dari henti jantung mempunyai defisit neurologis. Bila pasien tetap tidak sadar, hendaknya dilakukan upaya untuk memelihara perfusi dan oksigenasi otak. Tindakan ini meliputi penggunaan agen vasoaktif untuk memelihara tekanan darah sistemik yang normal, penggunaan steroid untuk mengurangi sembab otak dan penggunaan diuretik untuk menurunkan tekanan intracranial. Oksigen tambahan hendaknya diberikan dan hiperventilasi derajad sedang juga membantu.


KEPUTUSAN UNTUK MENGAKHIRI UPAYA RESUSITASI.
Semua tenaga kesehatan dituntut untuk memulai RJP segera setelah diagnosis henti nafas atau henti jantung dibuat, tetapi dokter pribadi korban hendaknya lebih dulu diminta nasehatnya sebelum upaya resusitasi dihentikan. Tidak sadar ada pernafasan spontan dan refleks muntah dan dilatasi pupil yang menetap selama 15 sampai 30 menit atau lebih merupakan petunjuk kematian otak kecuali pasien hipotermik atau dibawah efek barbiturat atau dalam anesthesia umum. Akan tetapi tidak adanya tanggapan jantung terhadap tindakan resusitasi. Tidak ada aktivitas listrik jantung selama paling sedikit 30 menit walaupun dilakukan upaya RJP dan terapi obat yang optimal menandakan mati jantung.

Dalam resusitasi darurat, seseorang dinyatakan mati, jika :
1. Terdapat tanda- tanda mati jantung.
2. Sesudah dimulai resusitasi pasien tetap tidak sadar, tidak timbul ventilasi spontan dan refleks muntah serta pupil tetap dilatasi selama 15 sampai 30 menit atau lebih, kecuali kalau pasien hipotermik atau dibawah pengaruh barbiturat atau anestesia umum.

Dalam keadaan darurat resusitasi dapat diakhiri bila ada salah satu dari berikut ini:
1. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif.
2. Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang lebih bertanggung jawab meneruskan resusitasi (bila tidak ada dokter).
3. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tidak ada dokter sebelumnya).
4. Penolong terlalu capek sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi.
5. Pasien dinyatakan mati

Setelah dimulai resusitasi ternyata diketahui bahwa pasien berada dalam stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tak akan pulih (yaitu sesudah setengah atau satu jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP.

Demikian sekilas mengenai RESUSITASI JANTUNG PARU.
Semoga yang tadi disampaikan di blog Sehat Untuk Semua ini bermanfaat

Tuesday 5 July 2011

H. Zainuddin Muhammad Zein Telah Meninggal Dunia

Kiai Haji Zainuddin Muhammad Zein atau Zainuddin MZ meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Selasa (5/7). Kiai yang dikenal dengan sebutan Dai Sejuta Umat itu meninggal pada usia 60 tahun karena sakit.

Informasi lain menyebutkan Zainuddin terkena serangan jantung dan gula darah. Ia meninggal dalam perjalanan ke RSPP.

Kabar meninggalnya Zainuddin pertama kali diterima Metrotvnews.com dari Djafar Bedjeber, teman almarhum, beberapa saat setelah Zainuddin meninggal sekitar pukul 10.00 WIB.


Almarhum meninggalkan satu orang istri (Kholilah), dan empat orang anak (Fikri Haikal MZ, Luthfi MZ, Kiki MZ, dan Zaki MZ). Sejauh ini dikabarkan jenazah Zainuddin MZ sudah dibawa ke rumah duka di Jalan Gandaria I, Gang Haji Aom, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sejumlah kerabat dan rekan almarhum serta para ulama juga pejabat negara mulai berdatangan ke rumah duka.

Zainuddin lahir di Jakarta, 2 Maret 1951 itu. Ia pernah menjabat sebagai ketua umum Partai Bintang Reformasi, sebelum digantikan Bursah Zarnubi. Zainuddin banyak disukai umat karena mampu mengomunikasikan ajaran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana, dan dibumbui humor segar. Tak heran, sejak tahun 90-an, setiap dakwah Zainuddin, selalu dipenuhi umat muslim.(DSY

Sumber Sehat : METRO TV NEWS

Monday 4 July 2011

AsKep PENYAKIT JANTUNG KORONER

AsKep PENYAKIT JANTUNG KORONER.Bismillah...Setelah kemarin kita belajar dan memposting tentang AsKep Angina Pektoris hari ini saya mencoba memposting berkaitan dengan Kesehatan jantung lainnya yaitu mengenai AsKep Penyakit Jantung Koroner.Penyakit jantung koroner yang satu ini termasuk terbanyak dari berbagai macam penyakit jantung yang diderita oleh manusia.Dan Prevalensinya lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita.

Langsung saja ke tujuan awal yaitu AsKep Penyakit Jantung Koroner
A. Pengertian.

Penyakit jantung koroner / penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirkomflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan.

Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct).
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.

B. Resiko dan insidensi

Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA. Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %.
(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

askep penyakit jantung koroner, asuhan keperawatan jantung koroner, penyakit jantung koroner

Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:

1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).

2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol.
(Kaplan & Stamler, 1991).

3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).


C. Patofisiologi

Penyakit jantung koroner dan miocardial infark merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.

Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.

Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.

Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.

Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemia miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari
(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).


D. Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko

Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg setelah 6-12 bulan tanpa terapi obat maka orang itu di anggap hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.

Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darah mempercepat arterosklerosis dan arteriosklerosis sehingga ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahun lebih cepat daripada orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengkibatkan perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekanan dalam beberpa cara terlibat langsung. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskular.


E. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Jantung Koroner

1. Pengkajian

a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).

b. Sirkulasi
  • Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
  • Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
  • Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
  • Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
  • Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
  • Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
  • Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
  • Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.

c. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

d. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.

e. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.

f. Neuro Sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.

g. Kenyamanan
  • Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin.
  • Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
  • Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami.
  • Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.

h. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.

i. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.

j. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.

k. Studi diagnostik
  • ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
  • Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
  • Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
  • Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
  • Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
  • Kolesterol atau trigliserid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
  • Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
  • Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
  • Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.

2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penurunan tekanan dan cara berelaksasi.

Rencana :
  1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
  2. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
  3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
  4. Ciptakan suasana lingkungan yangtenang dan nyaman.
  5. Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
  6. Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
  7. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.

Rencana :
  1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
  2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
  3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
  4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
  5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas.

c. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.

Rencana :
  1. Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
  2. Kaji kualitas nadi.
  3. Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
  4. Auskultasi suara nafas.
  5. Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
  6. Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
  7. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.

d. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan : Selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
Rencana :
  1. Kaji adanya perubahan kesadaran.
  2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
  3. Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
  4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
  5. Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).
  6. Monitor intake dan out put.
  7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.

e. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.
Tujuan : Tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.

Rencana :
  1. Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).
  2. Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
  3. Ukur intake dan output (balance cairan).
  4. Kaji berat badan setiap hari.
  5. Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24 jam.
  6. Sajikan makan dengan diet rendah garam.
  7. Kolaborasi dalam pemberian deuritika.


DAFTAR PUSTAKA

Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.

Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.

Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius Universitas Indonesia. Jakarta.

Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.

Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.

Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.

Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and It’sComplication.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta.

Tabrani. (1998). Agenda Gawat Darurat. Pembina Ilmu. Bandung.

(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Penyakit Jantung. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya.

Terima kasih telah membaca artikel mengenai : Askep PENYAKIT JANTUNG KORONER.Dan semoga Askep penyakit jantung koroner ini bisa berguna dan bermanfaat sobat semuanya...

Sunday 3 July 2011

AsKep Angina Pektoris

Assalamu'alaikum ....

Bismillah...
Sahabat blogger semua...Memulai memposting artikel tentang AsKep Angina Pektoris.
Ini adalah postingan pertama dari Blog cardiacku ini.
Selamat menyimak sahabat...


  1. PENGERTIAN

1.       Angina Pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel.  (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993)
2.       Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti.  (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
3.       Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)

  1. ETIOLOGI

1.       Ateriosklerosis
2.       Spasme arteri koroner
3.       Anemia berat
4.       Artritis
5.       Aorta Insufisiensi
  1. FAKTOR-FAKTOR RESIKO

1.       Dapat Diubah (dimodifikasi)
a.       Diet (hiperlipidemia)
b.       Rokok
c.       Hipertensi
d.       Stress
e.       Obesitas
f.        Kurang aktifitas
g.       Diabetes Mellitus
h.       Pemakaian kontrasepsi oral
2.       Tidak dapat diubah
a.       Usia
b.       Jenis Kelamin
c.       Ras
a.        
b.       Herediter
c.       Kepribadian tipe A
   D.FAKTOR PENCETUS SERANGAN
    Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :
    1.       Emosi
    2.       Stress
    3.       Kerja fisik terlalu berat
    4.       Hawa terlalu panas dan lembab
    5.       Terlalu kenyang
    6.       Banyak merokok


    E. GAMBARAN KLINIS
      1.       Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri.
      2.       Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
      3.       Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
      4.       Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
      5.       Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dizzines.
      6.       Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
      7.       Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.


       F. TIPE SERANGAN
        1.       Angina Pektoris Stabil
        q  Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen niokard.
        q  Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.
        q  Durasi nyeri 3 – 15 menit.
        2.       Angina Pektoris Tidak Stabil
        q  Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil.
        q  Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
        q  Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
        q  Kurang responsif terhadap nitrat.
        q  Lebih sering ditemukan depresisegmen ST.
        q  Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang beragregasi.
        3.       Angina Prinzmental (Angina Varian).
        q  Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
        q  Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
        q  EKG menunjukkan elevaasi segmen ST.
        q  Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.
        q  Dapat terjadi aritmia.


        1. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS

        Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner).  Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.  Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan.  Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat.  Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. 

        Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
        Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksid0 yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif.  Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.  Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %.  Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang.  Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.   

        Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri.  Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi.  Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.  Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.

        PENGKAJIAN PADA PASIEN ANGINA PEKTORIS :
          
        AKTIVITAS / ISTIRAHAT:
        Gejala   : Pola hidup monoton, kelemahan, kelelahan, perasaaan tidak berdaya setelah latihan, nyeri
                      Dada bila bekerja, menjadi terbangun bila nyeri dada.
        Tanda   : Dispnea saat kerja

        SIRKULASI
        Gejala   : Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan
        Tanda   : Takhikardia, disritmia, tekanan darah normal, meningkat atau menurun
                      Bunyi jantung : mungkin normal : S4 lambat atau murmur sistolik transien lambat (disfungsi
                      Otot papilaris) mungkin ada saat nyeri.
                      Kulit / membran mukosa lembab, dingin, pucat  karena adanya vasokonstriksi.

        MAKANAN / CAIRAN
        Gejala   : Mual, nyeri ulu hati / epigastrium saat makan, diet tinggi kolesterol / lemak, garam, kafein,
          minuman keras.
        Tanda   : distensi gaster.

        INTEGRITAS EGO
        Gejala   : Stressor kerja, keluarga, lain-lain
        Tanda   : Ketakutan. Mudah marah.

        NYERI / KETIDAKNYAMANAN
        Gejala   : Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu, dan ekstremitas atas
                      ( lebih pada kiri daripada kanan )
                      Kualitas : macam : ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar.
                      Durasi : Biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit)
                      Faktor pencetus : nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi besar, seperti marah atau
                      Hasrat seksual, olahraga pada suhu ekstem, atau mungkin tidak dapat diperkirakan dan atau
                      Terjadi saat istirahat.
                      Faktor penghilang : nyeri mungkin responsif terhadap mekanisme penghilang tertentu (contoh:
                      Istirahat, obat anti angina)
                      Nyeri dada baru atau terus menerus yang telah berubah frekuensi, durasinya, karakter atau
                      Dapat diperkirakan (contoh, tidak stabil, bervariasi)
        Tanda   : Wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan pada midstrenum, memijit tangan kiri,
          tegangan otot, gelisah, respon otomatis , contoh : takhikardi, perubahan TD.

        PERNAFASAN
        Gejala   : Dispnea saat bekerja, riwayat merokok
        Tanda   : meningkat pada frekuensi / irama dan gangguan kedalaman.

        1. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

        1.       Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.
        2.       Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.
        3.       Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.
        4.       Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

        1. FOKUS INTERVENSI

        1.       Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.
        Intervensi :
        q  Kaji gambaran dan faktor-faktor yang memperburuk nyeri.
        q  Letakkan klien pada istirahat total selama episode angina (24-30 jam pertama) dengan posisi semi fowler.
        q  Observasi tanda vital tiap 5 menit setiap serangan angina.
        q  Ciptakanlingkunan yang tenang, batasi pengunjung bila perlu.
        q  Berikan makanan lembut dan biarkan klien istirahat 1 jam setelah makan.
        q  Tinggal dengan klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas.
        q  Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.
        q  Kolaborasi pengobatan.

        2.       Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurangnya curah jantung.
        Intervensi :
        q  Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman.
        q  Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam pemenuhan aktifitas perawatan diri sesuai indikasi.
        q  Catat warna kulit dan kualittas nadi.
        q  Tingkatkan katifitas klien secara teratur.
        q  Pantau EKG dengan sering.
        3.       Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.
        Intervensi :
        q  Jelaskan semua prosedur tindakan.
        q  Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut.
        q  Dorong keluarga dan teman utnuk menganggap klien seperti sebelumnya.
        q  Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.
        q  Kolaborasi.
        4.       Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
        Intervensi :
        q  Tekankan perlunya mencegah serangan angina.
        q  Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina.
        q  Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, perubahan diet dan olah raga.
        q  Tunjukkan/ dorong klien untuk memantau nadi sendiri selama aktifitas, hindari tegangan.
        q  Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina.
        q  Dorong klien untuk mengikuti program yang telah ditentukan.



        Terima ksih telah membaca artikel :  AsKep Angina Pektoris
         

        Kesehatan untuk semua Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger